Kamis, 09 Februari 2012

Merawat Diri, Senangkan Hati Suami

Ada dua hadits yang hampir pasti disebutkan pada ceramah nikah, satu untuk nasihat bagi suami dan satunya lagi untuk isteri. Untuk suami biasanya disebutkan hadits berikut;
“ Nasehatilah wanita dengan baik, karena dia tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Dan rusuk itu yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Kalau kamu memaksa meluruskannya, kamu akan mematahkannya. Tapi kalau dibiarkan dia akan tetap bengkok. Karenanya, nasihatilah wanita dengan baik.” (HR. Bukhari)

Sedang hadits berikut untuk isteri;
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تُسِرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَ تُطِيْعُهُ إِذَا أُمِرَ
“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami jika dia memandangnya, dan menaati suami jika suami memerintahnya.” (HR. an Nasa’I, dinilai shahih oleh Syaikh al AlBani dalam as Silsilah as Shahihah).
Kalau dicermati, dua hadits ini memang sangat pas untuk nasihat sepasang kekasih yang baru saja diikat pernikahan, seutas tali cinta yang diridhai Allah. Coba cermati, mengapa penekanan pada masing-masing hadits berbeda? Untuk suami Rasulullah mewasiyatkan agar berlemah lembut, sedang kepada isteri, hal pertama yang disebut adalah agar isteri terlihat menarik dan menyenangkan di mata suami, mengapa?
Inilah sisi keagungan hikmah dalam nasihat-nasihat Rasulullah. Untuk hadits pertama, Imam Ibnu hajar al Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan, maksud hadits itu adalah wasiyat kepada para suami agar berlemah-lembut, bersikap penuh kasih dan perhatian pada isterinya.
Ini bukan teori biasa. Secara psikis, wanita adalah makhluk yang mengedepankan perasaan dan segala hal yang bersifat afektif. Baginya,  sikap lemah lembut sang suami, perhatiannya, kesetiaannya, dan kesediaan suami untuk mendengarkan dirinya adalah segala-galanya. Penampilan sederhana sang suami seringkali tidak menjadi masalah baginya. Kadangkala kalau suaminya tampil terlalu cakep, isteri malah sering khawatir kalau-kalau ada makhluk sebangsanya yang melirik.
Karenanya, nasihat Rasulullah menekankan pada suami agar bersikap lemah lembut dan penuh kasih pada isterinya. Utamanya ketika memberi nasihat, saran atau bahkan teguran. Yang terpenting bagi isteri adalah cara, bukan materi yang disampaikan. Barangkali suami berpikir, nasihatnya sudah sangat rasional, argumentatif dan tak terbantahkan. Tapi jika hal itu disampaikan dengan cara kasar, yakinlah, jangankan masuk kuping kanan keluar kuping kiri, masuk ke kuping pun tidak alias tidak akan didengarkan. Tapi boleh jadi nasihat dan tegurannya sederhana bahkan tak hafal dalilnya, tapi jika disampaikan dengan lemah lembut dan penuh kasih, akan langsung menancap ke sanubari. Yah, meskipun kadangkala isteri tetap merengut, tapi yakinlah cara ini akan efektif.
Sedang bagi isteri, dengan halus dan secara tidak langsung Rasulullah menyampaikan bahwa sebaiknya, isteri selalu berusaha menyenangkan pandangan suaminya dan menaati perintahnya. Menyenangkan pandangan maksudnya memberi perhatian pada penampilan dirinya. Kecantikannya akan menyenangkan suami sekaligus membantunya menjaga diri dari fitnah wanita. Dan semua wanita itu cantik serta memiliki sisi-sisi keantikan yang unik. Itulah yang harus dirawat sebagai bentuk syukur kepada Allah dan untuk menyenangkan suami.
Imam al Munawi menjelaskan dalam kitab Faidhul Qadir mengenai hadits tersebut dengan berkata, “Kecantikan isteri bagi lelaki adalah sarana yang dapat membantunya untuk menjaga diri dan agamanya.”
Semua lelaki tentunya menginginkan sang isteri menaruh perhatian dalam hal merawat tubuh dan penampilannya meski dengan cara yang sederhana. Ini hal yang wajar dan sepertinya sudah menjadi naluri lelaki. Kalaupun tidak pernah diungkapkan, sebenarnya di sudut hatinya tetap ada secuil rasa yang menginginkan hal itu. Lelaki memang tidak biasa mencurahkan segala uneg-unegnya seperti halnya wanita. Dia biasa menyikapi atau bahkan menyelesaikan persoalan dengan diam dan berpikir.Alasan lain, mungkin tidak mau dicap hanya mementingkan fisik karena tahu, wanita pasti tidak menyukai hal itu. Padahal seringkalinya tidak separah itu. Yang diinginkannya hanyalah sedikit perhatian dari isteri dalam hal ini di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga. Pasalnya, tidak sedikit para wanita yang setelah menikah dan punya anak tidak lagi menaruh perhatian pada penampilan.
Perbedaan ini, apabila tidak dipahami dengan baik akan berdampak buruk pada hubungan. Isteri mengabaikan keinginan suami, suami kurang nyambung dengan apa yang paling diinginkan isteri. Isteri merasa cukup dengan memberikan perhatian pada suami sebagaimana dia juga menginginkan hal itu pada dirinya. Soal fisik, seharusnya suaminya bisa menerima apa adanya lalu dia pun benar-benar memperlakukan tubuh dan penampilannya dengan kualitas “apa adanya” alias sekenanya. Sebaliknya, suami merasa, asalkan sudah mencukupi kebutuhan rumah tangga, logistik dan sedikit perhatian, itu sudah cukup. Komunikasi juga tak dijalin dari hati ke hati dan penuh kelembutan. Akhirnya masing-masing merasa sudah mencukupi kebutuhan pasangan, tapi kenyataannya, sering terlihat adanya ketidak puasan. Mengapa? Karena antara apa yang dinginkan masing-masing dengan usaha yang dilakukan belum benar-benar nyambung.
Yah, memang, ini semua masih berupa idealisme yang pelaksanaannya kadang-kadang tidak mudah. Tapi bagaimanapun, urusan ini tetap harus dipahami terlebih dahulu, baru kemudian berusaha untuk diterapkan. Wallahua’lam. (aviv)
-Sumber: www.arrisalah.net-

1 komentar:

  1. subhanallah ya, pernikahan mendidik kita berbagai macam hal ya, termasuk menjadi orang2 terbaik

    BalasHapus